Setitik Embun Pagi, Jadilah Diri Sendiri
KESENYAPAN masih membuai semesta. Langit Taman Fioreti tampak cerah, pagi yang tenang,suasana damai menyapa alam ciptaa-Nya.
Seiring butiran-butiran embun bening di sejumlah dedaunan bunga Taman Fioreti meleleh,bergulir menetes di atas daun hingga ke ujung-ujung dedaunan.
Tetesan embun pagi di pohon sawo taman itu terkadang berisik, suaranya menyatu menjadi sebuah nyanyian pagi yang sederhana namun sempurna. Oh,Embun Pagi, kau begitu indah dan sejuk,syukur kami pada Nya.
Ya, Embun Pagi tak pernah memilih di mana dirinya akan terbentuk. Embun pagi juga tak pernah merasa egois untuk memilih pada dedaunan mana akan berpijak.

Dia (Embun) begitu sederhana,dirinya tak berwarna dan dapat berubah bentuk sesuai dengan apa yang di laluinya. Setidaknya itulah yang membuat dedaunan begitu menyukainya.
Lalu, dapatkah kita belajar dari sebuah embun ?
Pertanyaan reflektif di atas sangat sederhana,namun (kadang) sulit untuk dijawab. Atau sebaliknya, mudah dijawab namun sulit dipraktekan dalam kehidupan,sebagaimana filosofi “setitik embun pagi”.
Embun Pagi, menginspirasi kita belajar untuk dapat menerima dengan “Sukacita” di manapun TUHAN menempatkan kita,dan juga boleh hidup dengan “sederhana” tanpa di selimuti dengan “kebohongan” belaka.
“Tuhan punya alasan untuk menyukai hati yang sederhana. Namun kaya akan Kasih.”

Sejenak, kita diajak belajar untuk dapat memberikan kesejukan dan juga kehidupan bagi hati yang gersang.
Embun Pagi mengingatkan kita agar jangan lupa belajar untuk (semampu) mungkin menempatkan diri kita dengan baik ketika sedang berada di lingkungan sekitar. Sikap demikian agar kehadiran kita tidak menyakiti banyak orang bahkan sebaliknya dapat bermakna bagi sesama sebagaimana yang diperlihatkan oleh sang “Embun Pagi” yang menyapa dunia dengan penuh kesejukan.
“Tak perlu menjadi pribadi yang lain untuk dapat memikat hatinya TUHAN,tapi,,,jadilah diri sendiri. Datanglah lepada Nya dengan apa adanya. TUHAN tak pernah mencari apa yang kita miliki selama berada di dunia ini,kerana yang TUHAN cari adalah HATI kita. Sudahkah HATI Kita Sejernih Embun ?”.
“Embun pagi dari sorga simbol Berkat. Sebab Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di bumi dan gandum serta anggur (Mz 133-1-3).”
*) Sr. Yuliana Bella,MCFSM,Taman Fioreti,Minggu 18 September 2022.